Terbetik dari kesadaranku, bahwa aku tak dapat menyangsikan rasa ini di hatiku, bila engkau berada di sana. Sejalan dengan keyakinanku yang menjelaskan akan keberadaanmu di hatiku, jika semuanya tidak terjadi dengan secara kebetulan, melainkan telah tertulis indah di dinding jiwaku sehingga aku semakin memahami sebuah keindahan abadi.
Cinta dan kasih ini adalah pengejewantahan dari hatiku kepadamu., kendati ini sering terabaikan olehmu. Namunpun, aku tidak akan menjadi penguasa hatimu sebab itu terlalu jauh bagiku. Namun, sekedar kau pahami makna setiap bait-bait pada naskah murni yang menjelaskan rasa yang kumiliki kemudian kualamatkan kepadamu.
Kala rindu ini kembali menguak dalam ruang sepi, kehadiran sunyipun tak dapat disangkal untuk tidak menambah kegalauan hatiku. Tak ada hujatan dan kecaman untuk menggugah kekuasaanmu di hatiku tapi ini bagiku bukanlah batasan dari kebebasannku sebab rindu ini kemudian abadi sampai senja umurku nanti.
Kini aku tak lagi mendapati keikhlasan di hatimu hingga aku terhukum dalam lamunan kesendirian yang menggemah di palung jiwaku. Rasa ini telah kusandarkan kepada langit agar tak seorangpun yang mampu menggapainya, sebab hanya dirimu yang mampu menggerakkan hatiku. Alasan inilah yang kemudian kujadikan landasan untuk tidak membawa diriku keruang hati yang lain.
Ini bukan pilihan, melainkan manifestasi dari rasa yang kumiliki, meski tidak penting bagi dirimu tapi inilah diriku yang telah engkau lepaskan di tengah arus deras kehampaan, di mana engkau membiarkanku tehanyut dalam lautan sepi yang tak berombak. Namun, konsekuensi inilah yang mesti aku harus menerimah bila pada akhirnya harapanku harus tunduk pada sebuah kanyataan yang tak perlu lagi aku sesalkan.
Kucoba untuk kembali menegaskan, gagasan untuk bertahan dalam hubungan ini agar kita tidak terpisahkan namun keraguanmu padaku membuatnya lebih dulu menjadi sesuatu yang cepat berlalu. Penilaianmu terhadapku kemudian mengarah pada sebuah keputusan untuk pergi dariku.
Namun di sini, aku akan mengatarkan harapanku dalam sebuah norma kebenaran untuk melegitimasi hatiku pada penantian yang tak ada akhirnya. Sebab, harapan itu telah terpinggirkan dalam hatimu dan terabaikan di palung jiwamu. Ini berarti aku harus merelakanmu berlalu dan menyimpan rasa ini untuk diriku sendiri, yang tak perlu lagi kau tahu kemana aku harus melabuhkannya.
Kesendirianku kini kujadikan sebagai sebuah bentuk jawaban yang jelas dari hatimu kepadaku atas kepergianmu, bahwa aku tak pernah kau indahkan selama engkau berada dalam pelukanku. Tapi ini takkan pernah aku sesalkan apa lagi jika harus melemparkan kesalahan ini kepadamu sebab, aku yang tak dapat kuhindarkan diriku dari kegelapan yang membentang di antara kita hingga cintamupun meredup dalam lamunan rindu yang tak bertepi.
Fatamorgana janji indahmu telah memisahkan sebuah jiwa dalam belahan yang tak dapat lagi kembali utuh bersama rasa cinta yang aku miliki sebab telah terhalang oleh waktu. Dominasi sepi di hatiku semakin terasa saat-saat aku berada di antara heningnya malam dan sunyi memaksaku untuk menyerah pada sebuah kehampaan yang telah mengatur alur rinduku.
Bersamamu adalah hal terindah dalam hidupku, namun perpisahan adalah yang terbaik bagi dirimu dan diriku. Bagaimana mungkin aku tetap bertahan dalam pelukanmu, jika pelukan itu resah untukku. Maka aku lebih memilih yang terbaik meski tidak menjadi yang terindah.
Dalam nafas tanpa dirimu, sebaris doa kuucapkan lewat bibir yang penuh cinta bercampur luka namun kuikhlaskan atas bahagiamu. Aku bersyukur karna bisa mengenalmu, meski sekejab namun kenangan itu takkan pernah tergantikan oleh waktu. Dirimu satu dalam bayangan di mataku yang kubawa bersama mimpiku, kupeluk bersama angin, dan takkan kubiarkan kegelapan senja menelang bayangan itu dari tatapan mata indahku. Namun, aku harus merelakan melepaskan kenangan bersama kepergianmu.
Siraj