Di lembah yang penuh dengan keresahan kulangkahkan kaki ini kedalam lumpur kesendihan dan kebahagiaan kini kembali terhijab.
Ini tentang kesendiriannku…
Yang kutulis saat-saat aku mulai tersadar bahwa dirimu telah jauh dan bukan lagi milikku. Namun, aku masih melihat dirimu di dalam hatiku, dan masih saja megalungkan sebuah lirik cinta untukmu yang terdengar dari suara hati dan kerinduan yang takkan pernah sampai lagi kepadamu.
Dalam kesendirianku…
Angin adalah sahabat terbaikku, yang selalu berhembus di saat aku menghelai nafas panjang sebagai sebuah bentuk isyarat untuk merelakanmu berlalu. Walau aku tahu angin takkan pernah mampu menyinggahkan derita ini ketepian.
Dalam kesendirianku…
Aku tak mampu lagi menjabarkan perasaanku untuk menguraikannya dalam sebuah bentuk kalimat cinta. Sebab, terlalu banyak patahan-patahan hati yang terpinggirkan dan aku belum bisa menemukan semuanya untuk menyusun kembali kerangka kedamaian hidupku.
Dalam kesendirianku…
Aku hanya mampu memandangi seberkas cahaya yang mulai meredup dan merelakan matahari yang tenggelam saat kegelapan senja menyelimuti seluruh tubuhku. Malampun kembali menyapa hatiku hingga rindu yang kurasakan layaknya angin yang tak tahu kemana hendak untuk bersimpuh.
Dalam kesendirianku…
Aku tahu bahwa diri ini takkan mampu melewati jutaan ombak dan seribu kepedihan, takkan mampu menyelami samudra dan luka yang tak terhingga dalamnya. meski di setiap kepingan hatiku masih selalu terbakar oleh cinta namun, kehampaan kembali menyambut dan sunyipun selalu hadir disetiap ruang dan waktuku.
Ini tentang kesendirianku…
Yang kutulis sekedar mengurai rangkaian realitas yang telah lalu, sebab hanya pada saat itu kau adalah milikku. Namun hari ini, esok dan untuk selamanya kau bukanlah milikku dan aku akan menjadi ingatan samar dalam hidupmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar